Oleh: Istiqomah
Sahabat
semua yang disayangi Allah, pasti kalian tidak lupa bukan dengan Hari Pahlawan tepatnya 10 November. Setiap tahun di bulan
November, sebelum ataupun sesudah peringatan hari pahlawan, selalu ada cerita
dan semacam nasehat tentang kepahlawanan. Setelah beberapa bulan kemudian,
mungkin hanya tinggal wacana saja. Cerita dan nasehat tersebut ternyata belum
sampai di hati, belum menyatu dengan aliran darah. Seperti masuk telinga kanan
langsung keluar telinga kiri.
Nasehat-nasehat
itu tidak direnungkan, tidak mendapat apresiasi dan parahnya tidak diterapkan. Just
convertation. Basa-basi. Buktinya sudah banyak November yang berlalu dan
sudah banyak cerita dan nasehat kepahlawanan yang diceritakan, namun tetap saja
persoalan-persoalan tentang carut-marutnya kehidupan hidup menjamur di antara
kita. Manusia seperti tidak mempunyai arah, tidak mempunyai pandangan, ikut
terseret dengan teori-teori keduniaan
seperti materialisme, hedonisme, egoisme, dan isme-isme buruk
lainnya yang susah membedakan mana yang baik, mana yang buruk.
Banyak
orang yang kemudian lupa dengan apa yang mereka tau, apa yang mereka lihat, dan
apa yang mereka dengarkan. Lupa menerapkan secara utuh apa yang dipikirkan dan
apa yang dibicarakan seputar hari pahlawan. Akan sama (nanti) dengan orang yang
membaca tulisan ini, kembali seperti orang yang tidak mengerti arti pahlawan.
Mengapa? Seperti nonton film Harry Potter, yang ditangkap dan diingat dari sisi
yang enak dipandang saja. Sedangkan isinya; pesannya terhijab (terkaver) dengan
hal-hal yang memukau mata. Alhasil, yang ada hanya “wah” nya saja.
Masih
banyak di antara kita yang belum paham dengan esensi pahlawan. Apa itu pahlawan? Sederhananya, pahlawan itu
adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Apapun perannya, statusnya,
besar-kecil sumbangsihnya, yang ditekankan adalah segi manfaat. Nah, jika kita
sudah paham esensi dari pahlawan, maka siapapun yang menolong kita baik secara
langsung maupun tidak langsung, ia disebut pahlawan.
Ketika
kita dihadapkan dengan definisi bahwa pahlawan adalah orang yang bermanfaat,
kita akan lebih menghargai banyak orang. Kita bisa menghargai orang-orang yang
telah menggoreskan warna manfaat di kehidupan kita.
Manusia yang sadar bahwa manfaat adalah sebuah tindakan
kepahlawanan, akan terus berusaha untuk memberi manfaat apa saja, dan bagaimana
pun caranya. Bukankah dengan “manfaat” kemungkaran bisa ditekan? Bayangkan jika
dunia tidak ada rasa saling menghargai satu sama lain? Yang menyebabkan dunia
ini amburadul adalah karena kita dipenuhi orang-orang yang tidak bisa menghargai.
Ada potensi tidak tahu terimakasih di dalam diri kita? Itu berbahaya. Be careful!
Maka ingatlah mereka; keluarga, guru, teman, dan
orang-orang yang berjasa lainnya dalam kehidupan kita. Rasa saling menghargai
akan terbentuk jika kita mengingat kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan kepada
kita, dan ujungnya adalah terbangunnya keharmonisan di dalam hidup. Kesalahan
akan otomatis terlupakan ketika kita terfokus untuk mengingat kebaikan-kebaikan
dengan cara memaafkan.
Mereka, pahlawan-pahlawan kita adalah bagian yang amat
sangat penting yang terkait dalam menunjang hidup kita. Kita tidak akan
bisa sampai seperti sekarang tanpa bantuan-bantuan orang lain, dan semua
pencapaian yang sudah kita capai tidak bisa lepas dari peran pahlawan-pahlawan
itu. Kita hidup sebenarnya
saling mempengaruhi hidup orang lain. Masing-masing punya peran
sendiri yang menunjukan titik
kepahlawanan untuk hidup orang lain. Maka kita harus terus mengasah jiwa
kepahlawanan kita dengan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, tapi
bukan sok pahlawan atau sok jagoan, karena itu beda lagi urusannya.
Jadi tidak perlu berat-berat berpikir tentang
kepahlawanan. Berpikir dan lakukan yang sederhana dulu. Jadilah pahlawan bagi
hidup diri sendiri, hidup orang lain, dan kehidupan. Seperti yang Aa Gym katakan,
“mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, mulai dari sekarang.” Dan, satu lagi sabda Nabi Muhammad SAW; ia rahmat bagi semesta
alam, pahlawan terhebat sepanjang masa. Rasulullah pernah berkata, “Khoirunnas
Anfauhum Linnas.” Manusia yang
paling baik adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar