Selasa, 25 Agustus 2015

MENJEJAKI KETELADANAN SITI KHADIJAH





Oleh: Ani Marlia

Sabar dan pemberani itulah Siti Khadijah, seorang janda kaya raya. Perempuan yang sangat berpengaruh di zaman Rasullullah SAW. Memiliki pengetahuan luas tentang agama islam. Satu-satunya perempuan yang berani melamar Nabi Muhammad SAW terlebih dahulu. Hal itu bisa menjadi jalan bagi perempuan untuk tidak malu melamar laki-laki terlebih dahulu. Seharusnya perempuan memang tidak perlu malu jika memang hal tersebut menyangkut kebaikan. Karena Allah akan meridhoi langkah seorang hamba-Nya jika perbuatan itu memiliki tujuan yang mulia.

 Ketika Nabi Muhammad SAW ketakutan setelah menerima wahyu pertamanya di gua Hiro’, Siti Khadijah menyelimuti dan menenangkan Nabi Muhammad SAW dengan penuh kasih sayang. Ia istri yang cekatan serta sabar. Istri yang selalu ada di samping Nabi Muhammad SAW saat hampir seluruh penduduk Makkah menghina dan mencela Sang Rasul.
Siti Khadijah memilih Nabi Muhammad SAW sebagai suaminya bukan karena harta maupun tahta. Sikap ini baik untuk ditiru para muslimah sebagai pedoman dalam memilih pasangan. Kadangkala beberapa perempuan zaman sekarang memilih calon suami berdasarkan harta dan tampang yang rupawan.  Siti Khadijah menikah dengan Nabi Muhammad SAW karena beliau memiliki akhlak yang baik.
“Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang taat agamanya (ke-Islamannya), niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari (no. 5090), Muslim (no. 1466), Abu Dawud (no. 2047), an-Nasa-i (VI/68), Ibnu Majah (no. 1858), Ahmad (II/428), dan dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.).
Dari hadist di atas dapat disimpulkan bahwa paling utama adalah agamanya, karena dengan agama yang baik akhlaknya pun akan baik pula. Begitupun sebaliknya untuk laki-laki.
Siti Khadijah perempuan yang sukses dalam karirnya, itu bukti bahwa perempun pun  juga bisa sukses seperti laki-laki. Disamping hal itu juga beliau tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang istri, untuk melayani Nabi Muhammad SAW. Tapi, beberapa perempuan karir masa kini, lebih mementingkan pekerjaannya sehingga melupakan kewajibannya sebagai seorang istri yang seharusnya mengurus anak dan melayani suami. Tak jarang sering kita jumpai perceraian, broken home, dan bahkan kekerasan dalam rumah tangga terjadi.
Untuk itu nilai-nilai islam sangat perlu diterapkan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Supaya hidup lebih baik dan terarah, dan terhindar dari hal-hal buruk yang di benci oleh Allah SWT.
Berbeda dengan Siti Khadijah, sangat taat dengan perintah Nabi Muhammad SAW dan perintah Allah SWT, perempuan yang ulet dalam bekerja, membangun, dan pandai mengelola usaha. Tidak pernah mengeluh dan pantang menyerah. Anggapan perempuan itu lemah tidak bisa apa-apa, bisa dipatahkan dengan sejarah kisah  Siti Khadijah. Meski kita tidak seteguh dan setegar Siti Khadijah, ambillah contoh keteladanannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GEMA RAMADHAN (Kajian Bersama Laziz Al-Haromain Bangkalan)

Meningkatkan Iman, Bukan Hanya Resolusi Ramadhan 👳🏻‍♂️ Ust. Moh. Sofa Faudi, S.Psi. • Iman artinya meyakini dalam hati, mengucapkan dengan...