Rabu, 29 September 2010

NGOPI Bareng LDK-MKMI yuk....

Assalamu'alaikum...
hei teman-teman mahasiswa muslim Unijoyo lagi ngapain nih di awal-awal kuliah seperti ini??? banyak tugas ya pastinya?? sekedar informasi saja, LDK-MKMI punya acara lo... acaranya NGOPI bareng (NGOPI?? emang LDK itu warung kopi??). jangan salah,,, NGOPI itu kependekan dari Ngobrol OPini Islam. acaranya akan di laksanakan pada :
Hari : Sabtu - Minggu
Tanggal : 2 - 3 Oktober 2010
Tempat : Masjid Nurur Rahman Universitas Trunojoyo
Materi : Kiat-kiat Islami Meraih Prestasi

start acaranya pada hari sabtu pukul 18.30 WIB. jangan lupa bawa perlengkapan yang dibutuhkan ya... bagi yang berkenan mendaftar ketik Nama#NRP#Jurusan kirim ke 087850977286.
rugi lo klo gak ikutan,, cepat mendaftar ya... tempat terbatas!!!

Tahapan kaderisasi ldk mkmi



LDK sangat erat kaitannya dengan lembaga kaderisasi, karena memang LDK pada mulanya didirikan untuk mengkader para mahasiswa agar memiliki pemikiran dan kapasitas seorang muslim yang komprehensif. Dalam perkembangannya LDK beralih peran sebagai lembaga syiar Islam. Berbagai agenda terus dilakukan. Terkadang alih fungsi ini berdampak “kebablasan” di beberapa wilayah. Roda syiar berjalan, sedangkan basis pembinaan tidak terperhatikan.

Inilah yang menjadi sebab mengapa beberapa LDK mengalami krisis kepemimpinan pada tahun-tahun tertentu. Sejatinya LDK harus bisa memastikan sistem kaderisasi bisa berjalan dengan baik dalam keadaan apapun. Karena kaderisasi yang baik akan berperan besar sebagai dinamo dakwah kita.

Mengapa saya berbicara sistem, karena dengan sistem kader yang solid dan militan setiap saat. LDK tidak boleh berorientasi pribadi atau ketokohan. LDK tidak boleh punya tokoh sentral yang di ibaratkan “pahlawan” bagi LDK tersebut. LDK harus mampu membentuk banya kader hebat di setiap waktu.

Bagaimana LDK melakukan sistem kaderisasi ?. Pada dasarnya ada 4 tahap kaderisasi yakni, tahapan perkenalan, pembentukan, pengorganisasian, dan tahapan eksekusi. Empat tahapan ini adalah sebuah siklus yang membentuk seorang objek dakwah agar di masa yang akan datang siap menjadi subjek dakwah

Perkenalan ( ta’aruf )

Pandangan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda. Memberikan kesan yang baik terhadap LDK adalah tahap awal yang dijalankan. Kesan yang baik ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan pelayanan kepada mahasiswa, atau dengan agenda syiar kampus. Pada tahap perkenalan ini , LDK mempunyai peran dalam untuk membuat mahasiswa menjadi mengetahui apa-apa yang belum diketahui terkait islam, atau dengan kata lain dari bodoh menjadi pintar. Dari yang belum mengetahui menjadi mengetahui. Membuat mahasiswa berkata “oh”. Pada hal-hal yang didapat. Pendekatan yang dilakukan memang seperti agenda syiar, karena ta’lim dan tabligh bisa menjadi media untuk memperkenalkan LDK.

Tahapan perkenalan sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan kontribusi beliau ketika sudah masuk LDK, dalam tahapan ini kita perlu memberikan gambaran umum yang jelas sehingga calon kader memiliki orientasi yang jelas dalam mengikuti pembinaan Islam. Tidak ada parameter yang berlebihan dalam tahapan ini. Mahasiswa yang dulu belum mengetahui bahwa sholat itu wajib, menjadi tahu bahwa sholat itu wajib, mahasiswa yang belum tahu bahwa puasa itu wajib menjadi tahu. Belum perlu sampe tahapan melaksanakan. Dengan harapan, setelah mahasiswa mengetahui urgensi dari beberapa hal tentang Islam , membuat mereka tertarik untuk mendalami dengan mengikuti permentoringan.

Poin penting dalam tahapan ini adalah tindak lanjut dari agenda syiar yang dilakukan. Peran data sangat penting disini, dimana LDK bisa mempunyai absensi peserta ta’lim atau agenda syiar, dan menindaklanjuti dengan agenda pembinaan rutin ( mentoring ) yang diadakan oleh LDK. Bentuk lain dari penindaklanjutan adalah dengan membuat stand pendaftaran kegiatan mentoring di setiap event dakwah, dan cara yang baik lainnya, adalah dengan menjadikan dakwah fardiyah sebagai kebiasaan kader dimana. Sehingga setiap kader kita bisa berperan aktif dalam mengajak mahasiswa muslim untuk mengikuti mentoring ( pembinaan rutin ). Pendekatan dengan diskusi langsung juga bisa dilakukan untuk orang yang sudah berpengaruh atau sudah punya landasan pemikiran yang kuat.

Pembentukan ( takwin )

Membentuk seorang kader yang seimbang dari segi kemampuan dirinya. Membentuk kader ini perlu waktu yang cukup lama dan berkelanjutan. Membuat mekanisme dan sistem pembentukan yang jelas, bertahap dan terpadu bagi kader akan menghasilkan kader yang kompeten dan produktif. Oleh karena itu pelaku kaderisasi atau dalam hal ini tim kaderisasi LDK diharapkan bisa memberikan asupan ilmu yang luas dan tidak terbatas, serta seimbang antara ilmu dan amal. Berikut akan dijelaskan berbagai dimensi yang perlu dipahami dan dibina terhadap seorang kader.

  • Diniyah. Diniyah disini dimaksudkan pemahaman ajaran Islam dasar, seperti penjelasan tentang aqidah yang bersih dan lurus, pengajaran bagaimana ibadah yang benar,diutamakan ibadah wajib dijalankan dengan konsisten lalu meningkat ke membiasakan ibadah sunnah. Selanjutnya terkait dasar-dasar fiqih Islam dan berbagai hukum kontemporer yang ada. Penguatan dari sisi akhlak yang baik perlu di biasakan pada dimensi ini. Pembentukan kader yang berkepribadian Islam komprehensif diharapkan bisa di penuhi di dimensi ini.
  • Qur’aniyah. Memberikan pengajaran akan dasar-dasar Al Qur’an, disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan kader yang ada. Tahapan pengajaran ini bisa dimulai dari tahap pra-tahsin,tahsin, dan tahfidz. Bila keadaan memungkinkan Tafsir qur’an juga bisa dilaksanakan. Besar harapan kader LDK sangat dekat dengan Qur’an, karena memang semua yang disampaikan dalam berdakwah akan bersumber pada Al Qur’an. Kedekatan kader pada Qur’an pula yang akan membuat dakwah ini berkah dan di rahmati Allah. Kader diharapkan bisa mengaji atau membaca Qur’an dengan tajwid yang benar. Jika bacaan Qur’an sudah baik, kader diharapkan bisa memulai menghafal Al Qur’an.
  • Manajemen Organisasi. LDK adalah lembaga dinamis yang memerlukan kader yang bisa bergerak produktif dan terus menerus. Kader LDK haruslah kader yang baik dalam memanajemen diri dan organisasi. Penanaman dasar-dasar organisasi sejak dini dengan harapann kader tidak bingung ketika sedang menjalankan amal dakwah. Isi dari dimensi ini seperti dasar-dasar kaderisasi, manajemen waktu, manajemen konflik, manajemen rapat, syiar efektif, fung rising, pengelolaan organisasi dan lainnya. Isi dari dimensi diharapkan bisa menjadi bekal untuk diri sendiri dan organisasi dakwah.
  • Softskill. Kader LDK dituntut memiliki keahlian khusus yang bisa menunjang pergerakan dakwah LDK dan di masa yang akan datang diharapkan bisa juga berguna untuk dirinya. Contoh penerapan pembentukan softskill untuk kader, seperti pelatihan membawa mobil dan motor, cara desain dengan corel draw atau adobe photoshop,publik speaking, training manajemen aksi, memasak, memasang spanduk dan umbul-umbul, pelatihan multimedia seperti web dan blog, olahraga dan bela diri, bahasa Inggris dan bahasa arab dan kemampuan pendukung lainnya yang sekiranya dibutuhkan untuk kader.
  • Kepemimpinan. Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin, begitupula kader LDK yang nantinya akan memimpin pos-pos dakwah di manapun. Seorang kader dakwah harus siap memimpin jika kondisi menghendaki beliau sebagai pemimpin. Jiwa seorang pemimpin ini tidak bisa dibangun secara instan. Seorang pemimpin perlu kuat dari segi visi dan komprehensif dalam melihat sesuatu, pemimpin juga butuh kekuatan komunikasi dan kharisma yang kuat, pemimpin butuh memiliki jiwa empati dan baik dalam berkerja sama, pemimpin juga harus bijak dalam mengambil kebijakan. LDK harus bisa mencetak banyak pemimpin, karena kader LDK tidak hanya akan memimpin di LDK saja, akan tetapi kita juga perlu menyiapkan kader yang akan pemimpin di wilayah dakwah lain.
  • Wawasan. Seorang yang berilmu lebih baik ketimbang yang tidak berilmu. Ilmu dalam hal ini tidak dibatasi dalam hal ilmu agama saja. Kader LDK perlu memahami dasar-dasar ilmu politik, sosial, hukum, budaya dan ekonomi. Kekuatan dan luasnya wawasan yang dimiliki oleh kader dakwah akan memudahkan proses keberterimaan seorang kader di masyarakat dan memudahkan amal dakwah yang dilakukan oleh kader. Kekuatan wawasan ini pula yang akan membuat kader lebih bijak dan tepat dalam mengambil keputusan.

Dimensi-dimensi pembinaan ini perlu diberikan secara jelas, bertahap dan terpadu. Dengan memebrikan banyak wawasan bagi kader LDK, sama dengan membangun aset dalam bisnis. Aset terbesar LDK adalah kader yang produktif. Flow dari rangkaian pembinaan ini harus bisa disusun dengan tepat agar memberikan sebuah formulasi kaderisasi yang terbaik. Mekanisme pendukung dari tahapan ini adalah form evaluasi rutin per kader, sehingga kita bisa mengetahui tingkat partisipasi kader dalam pembinaan serta menguatkan basis penjagaan dalam kelompok kecil yang sering kita kenal dengan mentoring. Mentoring akan berfungsi sebagai kelompok penjagaan terkecil dari sebuah LDK. Pada tahapan pembentukan ini, ilmu yang sudah didapatkan diharapkan sudah bisa menjadi pemikiran dan gagasan yang kuat bagi kader dan siap untuk mengamalkannya.

Penataan / Pengorganisasian ( Tandzhim )

Setelah kader dibina, mulailah LDK menata potensi potensi kader menajdi sebuah untaian tali pergerakan yang harmoni. Setiap kader mempunyai kelebihan masing-masing. Ada kader yang pandai menghafal Qur’an, maka jadikanlah ia sebagai pengajar tahsin dan tahfidz. Ada kader yang gemar aksi atau demonstrasi, maka tempatkanlah ia di garda politik. Ada kader yang gemar mengadakan kegiatan, maka tempatkanlah ia di kepanitiaan. Ada kader yang hanya gemar belajar, maka proyeksikan ia agar menjadi asisten dosen dan ketua lab di masa yang akan datang. Ada kader yang suka bertualang, maka tempatkanlah ia sebagai relawan sosial LDK. Ada kader yang senang berpikir, maka tempatkanlah ia sebagi tim strategis. Ada kader yang gemar menggambar, maka tempatkanlah ia sebagai tim desain LDK. Kader harus ditempatkan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Walaupun seorang pimpinan LDK punya wewenang untuk menempatkan kader sesuai dengan harapan pimpinan, akan tetapi menempatkan kader sesuai keinginan dan potensi akan menghasilkan sebuah kesinambungan dakwah yang harmoni dan tidak terjadi pembunuhan karakter kader. Pemahaman ini perlu di pahami, bahwa kader kita adalah manusia, bukan mesin yang bisa dipindah-pindah sesuai dengan keinginan pengguna. LDK harus mampu memanusiakan manusia. Kalo memang harus ada yang berkorban di LDK, maka pemimpin lah orang paling tepat. Kader adalah objek dakwah untuk pimpinan LDK.

Kader dengan amanah , seperti tumbuhan dengan habitatnya. Kaktus tidak mungkin hidup di pantai dan rumput laut tidak mungkin hidup di padang pasir. Begitulah analogi kader, jika pimpinan memaksakan seorang kader ditempatkan di tempat yang tidak sesuai, maka pembunuhan karakter akan terjadi. Penyediaan ladang beramal dari LDK pun harus ditambah seiring bertambahnya kader. Ada beberapa LDK yang menyesuaikan komposisi dan bentuk struktur organisasi dengan jumlah kader, atau bisa juga dengan memberikan kader tempat beramal di lembaga lain, sebutlah mahad kampus, BEM, himpunan, Unit mahasiswa dan sebagainya.

Poin paling penting adalah bagaimana kader dakwah bisa memiliki amanah di mana pun, dengan catatan, kader selalu melakukan setiap hal dengan paradigma dakwah yang baik. Dimanapun anda berada frame dakwah harus tetap terinternalisasi. Kenapa kebijakan seperti itu yang dikembangkan ?. Karena LDK harus mampu menyediakan kader yang bisa mengisi berbagai pos di masa yang akan datang. Dalam tahapan yang sudah lanjut, terutama untuk LDK yang sudah stabil. Kader diharapkan selalu memiliki empat peran dalam satu waktu, yakni ;

  1. Mentor ( pembina ), seorang kader LDK harus aktif membina dan dibina. Dengan membina kelompok mentoring rutin, atau mengisi ta’lim rutin. Peran ini adalah peran murni seorang da’i yang diharapkan bisa menjadi peran utama kader dakwah
  2. Penentu kebijakan strategis ( syura ), kader didik untuk bisa memimpin dan berpikir. Oleh karena itu kader harus mempunyai tanggung jawab sebagai anggota syura ( rapat strategis ) di lini yang sesuai dengan kapasitas kader saat itu. Dengan berpikir strategis ini diharapkan kader terbiasa untuk berpikir startegis dan komprehensif, sekaligus menumbuhkan jiwa pemimpin.
  3. Pelaksana operasional ( teknis ), selain sebagai pemegang kebijakan di suatu tingkatan LDK, kader juga diharapkan bisa berperan dalam tatanan operasional atau kita sering kenal dengan pekerjaan teknis. Sehingga kader akan selalu berada dalam peran sebagai atasan dan bawahan dalam waktu bersamaan. Keseimbangan ini akan membentuk jiwa kerjasama yang baik. Contoh dalam kasus ini adalah, seorang kader berperan sebagai tim inti panitia kegiatan ( dalam hal ini dia sebagai anggota syura ) dan juga sebagai pelaksana operasional di tatanan LDK ( berkoordinasi dengan pengurus inti LDK ).
  4. Akademik, kader dakwah pun perlu memiliki kompetensi akademik yang baik. Oleh karena itu, peran terakhir yang tak kalah pentingnya adalah, kader bisa berperan dalam bidang akademik atau di bangku kuliah dan lab. Peran yang bisa diambil antara lain, ketua kelas, ketua kelompok tugas, koordinator lab, ketua praktikum, asisten dosen, atau aktif dalam penelitian dan lomba ilmiah. Memiliki kader yang memiliki IP baik adalah harapan besar LDK. Dengan IP yang baik, sebetulnya akan memudahkan pergerakan dakwah kita di kampus.

Eksekusi dan peralihan objek kaderisasi menjadi subjek kaderisasi ( Tanfidzh )

Tahap terakhir dalam siklus kaderisasi. Pada tahapan ini seorang kader dakwah sudah bisa berkontribusi secara berkelanjutan dan sudah siap untuk menjadi subjek kaderisasi bagi objek dakwah yang lain. Kaderisasi merupakan siklus yang terus-menerus dan selalu lebih baik. Fase eksekusi ini juga di isi dengan monitoring kader dan evaluasi berkala, agar sistem kaderisasi yang dijalankan di LDK selalu lebih baik. Dengan monitoring dan evaluasi ini, diharapkan bisa memberikan masukan dan perbaikan bagi perencanaan siklus kaderisasi selanjutnya. Pada dasarnya tahapan kaderisasi seperti ini, varian dan inovasi akan bisa sangat berkembang pesat di metode, kurikulum, flow materi, perangkat pendukung dan kebijakan manajemen SDM lainnya.

Fase eksekusi ini juga sudah menghasilkan kader yang memiliki dorongan untuk berkerja, dan perlu di ingat, karena seorang kader saat ini sudah memegang peran sebagai pelaku atau subjek kaderisasi, maka kader pun perlu dibina dengan siklus yang baru. Pada dasarnya seorang kader akan dibina sesuai dengan siklus ini, yang membedakan adalah pola dan isi dari setiap tahapan. Seringkali, LDK tidak membina kader tahap lanjut, atau bisa dikatakan pembinaan untuk pengurus harian lebih sedikit ketimbang kader mula. Oleh karena itu pada LDK yang sudah cukup stabil, diharapkan mempunyai alur dan kurikulum serta metode kaderisasi yang berbeda untuk setiap tingkatang ( angkatan ) kader. Dengan membuat sistem kaderisasi seperti ini, maka LDK akan menjadi mesin pencetak kader yang solid dan militan secara terus-menerus. Membangun sistem kaderisasi yang kuat adalah aset berharga untuk lembaga dakwah kampus.

sumber akh ridwan

Jumat, 24 September 2010

PENGUMUMAN PEMENANG MUSABAQOH TILAWATIL QURAN 2010

PENGUMUMAN PEMENANG MUSABAQOH TILAWATIL QURAN 2010

TINGKAT MAHASISWA SE – SURABAYA – MADURA

UNIVERSITAS TRUNOJOYO

1. Tilawatil Quran (Putra)

Juara I : Salam Baqir => Nilai : 242

Juara II : Karimullah => Nilai : 230

2. Tilawatil Quran (Putri)

Juara I : -

Juara II : Farida => Nilai : 230

3. Kaligrafi

Juara I : Badrus Syamsi => Nilai : 130

Juara II : Defy Firman Al-Hakim => Nilai : 115

4. Khitobah

Kategori Bahasa Arab

Juara I : Fitriyah => Nilai : 217

Juara II : -

Kategori Bahasa Inggris

Juara I : Cintya Diah Paramita => Nilai : 215

Juara II : -

5. Hifdzil Quran

Juara I : Ahmad Shiddiq => Nilai : 174

Juara II : Mujiburrahman => Nilai : 133


NB :

  1. Penetapan juara adalah berdasarkan standar penilaian, jika ada peserta yang nilainya tidak memenuhi standar maka tidak dianggap juara sekalipun nilainya tertinggi.
  2. Penyerahan Sertifikat dan Beasiswa kepada para juara akan diinformasikan melalui SMS ke nomor telepon yang bersangkutan.

Kami keluarga besar LDK-MKMI mengucapkan selamat kepada para Juara. Semoga dengan berbagai potensi yang antum miliki, bisa menjadi penghias dan perwarna bagi citra kampus kita tercinta juga Indonesia.

Kamis, 16 September 2010

Met HARI RAYA IDUL FITRI 1431 H



ATAS NAMA KELUARGA LDK-MKMI UNIJOYO
MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431 H

" Esok adalah harapan.. Sekarang adalah kenyataan.. Kemarin adalah kenangan, yang tak luput dari khilaf dan kesalahan.. Ketika tangan tak mampu berjabat, Kaki tak dapat melangkah. Hanya hati yang mampu berbisik,, ”Minal Aidin Walfaizin Mohon Maaf Lahir Batin ”

Beningkan hati dengan dzikir
Cerahkan jiwa dengan cinta
Lalui hari dengan senyum
Tetapkan langkah dengan syukur
Sucikan hati dengan permohonan maaf
Met Hari Raya Idul Fitri
Taqobbalallahu minna wa Min’kum
Minal Aidzin Wal Faidzin
“Mohon Maaf Lahir dan Batin” ;)

IMPIAN YANG BEGITU INDAH TELAH MENANTI PARA PEJUANG DAKWAH ISLAM....!!!!! MARI KITA RAIH ITU......... KAPAN LAGI KALO TIDAK KITA NIATKAN DARI SEKARANG. JANGAN DITUNDA APALAGI NUNGGU NGANGGUR, KELAMAAN....SO WHAT...!!!!!! HIKMAH RAMADHAN BEGITU INDAHNYA MENEBARKAN AROMA WANGI, MARI KITA SONGSONG HARI YANG LEBIH BAIK DENGAN SEMANGAT BARU...!


Selasa, 14 September 2010

Pamflet FUSI Madura Raya 2010

Ayo bersama semarakkan Acara Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Daerah Madura Raya 2010. mari bersama eratkan jalinan silaturrahim dalam membangun jaringan komunikasi LDK untuk menyongsong peradaban Madura yang Madani. Indonesia Madani bukan hanya mimpi.

Minggu, 05 September 2010

Keep Smile....!

Saudara-saudaraku....
Bila qt memandang segalanya dari Allah, yang menciptakan ujian, yang memberikan masalah, yang menyebabkan sakitnya hati, yang menyebabkan keinginan terhalang,yang memberikan semua kegagalan. Maka damailah hati karna tidak akan Allah sengaja mengatur segalanya untuk sesuatu yang sia-sia, untuk sesuatu yang tiada berguna. Bukan Allah tidak tau derita hati, tapi mungkin itulah yang Dia mau karna Dia tau,dan sangat tau kondisi hati tiap-tiap hambanya yang merasa sempit, terluka dan sakit akan selalu lebih lunak & mudah untuk dekat serta akrab dengan-Nya. dan dengan itu pula seorang Hamba bisa belajar,berkembang, dan mengalami metamorfosis untuk menjadi insan yang lebih baik. Oleh karena itu, tidak selayaknya kita menyerah saat ditimpa masalah, down saat menghadapi ujian, menangis dikala hati teriris, dan melayang saat keinginan kita terhalang. Tetaplah menjadi satu-satunya orang yang tetap bersinar di tengah kegelapan.
Ketahuilah saudaraku, bahwa Allah berpesan dan merupakan sebuah janji pada hamba yang hanya menggantungkan harapan padaNya, yaitu "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah : 5-6). Maka, Bersyukurlah, bersemangatlah, dan tersenyumlah.[jan]

Menggapai Malam Lailatul Qadar

Lailatul Qadar adalah malam yang agung di antara sekian malam di bulan suci Ramadhan. Satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadhan, yang dalam Al Qur'anbulan. Dan juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Qur'an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS Al-Qadr 97: 1-5)
Paling tidak ada tiga keutamaan yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, orang yang beribadah pada malam itu bagaikan beribadah selama 1000 bulan, 83 tahun empat bulan. Diriwayatkan, ini menjadi penggembira umat Nabi Muhammad SAW yang berumur lebih pendek dibanding umat nabi-nabi terdahulu. Kedua, para malaikat pun turun ke bumi, mengucapakan salam kesejahteraan kepada orang-orang yang beriman. Dan ketiga, malam itu penuh keberkahan hingga terbit fajar.
Imam Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: “Siapa beribadah di malam Lailatul Qadar dengan rasa iman dan mengharap pahala dari Allah, ia akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
Diriwayatkan dari Abu Dawud, Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang Lailatul Qadar, lalu beliau menjawab, “Lailatul Qadar ada pada setiap bulan Ramadhan.” Riwayat Imam Bukhari, dari A’isyah, Nabi Muhamamd SAW bersabda: “Carilah lailatul qadar itu pada malam ganjil dari sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan.”
Menurut pendapat yang lain, Lailatul Qadar itu terjadi pada 17 Ramadlan, 21 Ramadlan, 24 Ramadlan, malam ganjil pada 10 akhir Ramadlan dan lain-lain. Jadi, tidak ditemukan keterangan yang menunjukkan tanggal kepastiannya.
Diantara hikmah tidak diberitahukannya tanggal yang pasti tentang Lailatul Qadar adalah untuk memotivasi umat agar terus beribadah, mencari rahmat dan ridla Allah SWT kapan saja dan dimana saja, tanpa harus terpaku pada satu hari saja. Jika malam Lailatul Qadar ini diberitahukan tanggal kepastiannya, maka orang akan beribadah sebanyak-banyaknya hanya pada tanggal itu saja dan tidak giat lagi beribadah ketika tanggal tersebut sudah lewat.
Namun ada banyak penjelasan mengenai tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar itu. Diantara tanda-tandanya adalah:
1. Pada hari itu matahari bersinar tidak terlalu panas dengan cuaca sangat sejuk, sebagaimana hadits riwayat Muslim.
2. Pada malam harinya langit nampak bersih, tidak nampak awan sedikit pun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. Hal ini berdasakan riwayat Imam Ahmad.

Dalam Mu’jam at-Thabari al-Kabir disebutkan bahwa Rasulullah bersabda: “Malam lailatul qadar itu langit bersih, udara tidak dingin atau panas, langit tidak berawan, tidak ada hujan, bintang tidak nampak dan pada siang harinya matahari bersinar tidak begitu panas.”
Nah, agar mendapatkan keutamaan lailatul qadar, maka hendaknya memperbanyak ibadah selama bulan Ramadlan, diantaranya, senatiasa mengerjakan shalat fardhu lima waktu secara berjama’ah, mendirikan qiyamul lail (shalat tarawih, tahajjud, dll), membaca Al-Qur’an (tadarrus) sebanyak-banyaknya dengan tartil (pelan-pelan dan membenarkan bacaan tajwidnya), memperbanyak dzikir, istighfar dan berdo’a.
Pendapat yang lebih umum, Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 27 setiap Ramadhan. Para ulama Makkah mengkhatamkan Al-Qur’an bersamaan dengan shalat Tarawih di malam ke 27. Pada saat itulah di sana orang-orang bersemangat menjalankan ibadah shalat Tarawih, juga shalat-shalat Sunnah yang lain, seperti Tahajjud, Witir, dan ibadah sosial seperti memberi makan orang miskin, memberi buka kepada yang berpuasa, sedekah ini sedekah itu, dan lain sebagainya.
Hadits riwayat Ahmad dengan sanad shahih, dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: “Siapa mencari malam Lailatul Qadar, carilah di hari ke 27.” Di Indonesia, oleh para jamaah thareqat mu’tabarah menjadikan malam 27 ini sebagai malam paling istimewa untuk berbaiat, berdzikir, istighatsah dan berziarah kubur. Umum dikenal istilah “malam pitulikuran” sebagai malam paling istimewa. 
Menjadi Awalan
Sejatinya amal ibadah apapun kita lakukan semata-mata karena Allah SWT, hanya karena Allah. Tidak berharap apapun. Tidak berharap pujian dari sesama manusia. Tidak berharap agar dikaruniakan keberkahan di dalam setiap langkah kehidupan kita. Bahkan, pada tingkatan yang lebih tinggi, tidak berharap pahala bagi kebahagiaan akhirat. Karena manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada-Nya, menyembah-Nya.
Namun, manusia adalah manusia: sering menjadi manja, selalu menuntut lebih, selalu berharap balasan, tidak akan melakukan sesuatu ibadah apabila tidak mendapat iming-iming pahala, kebaikan, dan keberkahan yang luar biasa dari Sang Pencipta.
Sebagai contoh adalah betapa paniknya kita ketika bulan Ramadhan tiba. Kita bebondong-bondong melakukan ibadah karena ada iming-iming pahala besar jika kita rajin beribadah pada bulan penuh kemuliaan itu. Ibadah sunat menjadi wajib, sementara ibadah wajib berlipat-lipat pahalanya. Dan seterusnya.
Sayangnya, usai Ramadhan kita kembali seperti biasa. Semangat Ramadhan telah hilang. Kita kembali bergelimang. Alih-alih, pada saat Ramadhan belum usai pun semangat itu mulai menghilang. Semangat beribadah entah kenapa hanya ada di awal bulan Ramadhan. Sementara pada pertengahan bahkan akhir Ramadhan kita sudah berkelana entah kemana.
Maka kemudian bagi manusia-manusia itu dikabarkanlah berita gembira bahwa ada malam kemuliaan yang bernilai seribu bulan, yakni (malam) Lailatul Qadar. Jika kita beribadah pada malam itu maka pahalanya akan luar biasa besarnya, supaya manusia kembali bersemangat untuk beribadah seperti pada awal bulan Ramadhan.
Tahukan bahwa dirahasiakannya malam Lailatul Qadar sesungguhnya adalah pukulan telak buat manusia. Sebenarnya kita sedang tersindir. Rahasia kapan datang malam Lailatul Qadar itu memberikan pelajaran bahwa ibadah mestinya tidak hanya dilakukan dalam satu malam saja.
Andailah manusia tak goyah dalam melakukan ibadah, rajin, dan istiqomah; Karena ibadah tak terbatas waktu, kapan saja, dan sepanjang masa. Tapi baiklah, Ramadhan dan Lailatul Qadar semoga menjadi awalan yang baik untuk beribadah. [jan-red]
Sumber http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=10339

Kamis, 02 September 2010

LOMBA MTQ

KHALWAT SEBAGAI PROBLEM SOSIAL SYARIAT


Dalam rangka menjaga fitrah wanita, Islam menganjurkan agar wanita hendaknya lebih banyak tinggal di rumah (QS. al-Ahzab [33]: 33). Anjuran ini sebagai langkah preventif Islam untuk mencegah terjadinya banyak fitnah yang dapat timbul akibat berbaurnya antara dua jenis kelamin, pria dan wanita, di luar rumah. Apalagi karena pria memang harus lebih banyak aktif di luar rumah demi menunaikan tugas pokoknya sebagai pencari nafkah bagi keluarga. Demikian tuntunan dasar kehidupan menurut Islam.

Namun, dalam kondisi tertentu, wanita kerap terpaksa harus keluar rumah. Baik itu karena kondisi hajah (kebutuhan) atau dharurah (terpaksa). Hajah seperti keluar rumah untuk silaturahim, belajar, atau karena keaktivan dalam kegiatan dakwah. Sedangkan dharurah adalah seperti keluarnya wanita untuk keperluan berobat ke dokter atau wanita yang terpaksa mencari nafkah karena desakan ekonomi yang menghimpit.

Dalam rangka menjaga fitrah wanita, Islam menganjurkan agar wanita hendaknya lebih banyak tinggal di rumah (QS. al-Ahzab [33]: 33). Anjuran ini sebagai langkah preventif Islam untuk mencegah terjadinya banyak fitnah yang dapat timbul akibat berbaurnya antara dua jenis kelamin, pria dan wanita, di luar rumah. Apalagi karena pria memang harus lebih banyak aktif di luar rumah demi menunaikan tugas pokoknya sebagai pencari nafkah bagi keluarga. Demikian tuntunan dasar kehidupan menurut Islam.

Namun, dalam kondisi tertentu, wanita kerap terpaksa harus keluar rumah. Baik itu karena kondisi hajah (kebutuhan) atau dharurah (terpaksa). Hajah seperti keluar rumah untuk silaturahim, belajar, atau karena keaktivan dalam kegiatan dakwah. Sedangkan dharurah adalah seperti keluarnya wanita untuk keperluan berobat ke dokter atau wanita yang terpaksa mencari nafkah karena desakan ekonomi yang menghimpit.

Islam sendiri, pada dasarnya, memberi kelonggaran kepada wanita Muslimah untuk keluar rumah jika kondisinya memang menuntut untuk itu. Baik itu karena kebutuhan atau karena terpaksa. Pembolehan ini berlaku sepanjang adab-adab keluar rumah tetap dijaga dan dipelihara. Adab-adab yang dimaksud antara lain mencakup menghindari pemakaian parfum, tidak memakai pakaian dengan warna yang mencolok sehingga mengundang perhatian, kain pakaian hendaknya yang tebal dan longgar sehingga tidak menampakkan lekuk tubuh, menutup aurat, tidak menyerupai pakaian pria, dll. Dengan demikian, kebutuhan si wanita, di satu sisi, tetap dapat terpenuhi; dan di sisi lain, dampak negatif yang mungkin timbul dari keluarnya si wanita dari rumah, sedemikian rupa, juga dapat dieliminir.

Di antara adab yang penting untuk diperhatikan dalam hubungan antara pria dan wanita, khususnya bagi yang tidak memiliki hubungan mahram antara keduanya, adalah menghindari khalwat.

Apakah khalwat itu? Khalwat (khalwah) dalam bahasa Arab berarti berdua di suatu tempat dimana tidak ada orang lain. Maksud dari tidak adanya orang lain dalam hal ini mencakup: (1) tidak ada orang lain sama sekali; atau (2) ada orang lain dan keberadaan keduanya kelihatan tetapi pembicaraan antara keduanya tidak dapat didengar oleh orang itu. Inilah makna khalwat secara bahasa. Menurut al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah (Ensiklopedi Fiqh Kuwait), makna bahasa sebagaimana dipaparkan di atas semakna dengan terminologi khalwat menurut ahli-ahli fiqh Islam. Dengan kata lain tidak ada perbedaan untuk kata khalwat antara makna bahasa dan makna istilah syar’i.

Lebih lanjut Syekh Abdullah al-Bassam menyebut dua bentuk khalwat. Pertama, mughallazhah (berat), ialah berduanya seorang pria dan wanita di suatu tempat yang mana keduanya tidak dilihat oleh orang lain. Kedua, mukhaffafah (ringan), yaitu berduanya seorang pria dan wanita di tengah-tengah manusia sehingga keduanya kelihatan namun percakapan antara keduanya tidak dapat didengar oleh orang lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang khalwat. Sabda beliau: “Janganlah sekali-kali seorang pria berduaan dengan seorang wanita, karena yang ketiganya adalah syetan.” (HR. Ahmad dengan sanad yang shahih) Tidak bisa dipungkiri bahwa berduanya seorang pria dengan wanita yang bukan mahramnya sangat potensial membuka peluang terjadinya fitnah. Kendati boleh jadi keduanya tidak memiliki niat jahat. Oleh sebab itu, hadits di atas dengan tegas melarang perbuatan tersebut.

Dengan merujuk kepada makna khalwat di atas maka banyak fenomena khalwat yang dapat dikemukakan. Terutama khalwat yang umumnya kurang diperhatikan oleh masyarakat kita. Contohnya adalah berduanya seorang pria dengan wanita di atas kendaraan. Walaupun pria tersebut sedang mengemudikan mobil, misalnya. Keberadaan keduanya di atas mobil memang kelihatan oleh orang lain. Tetapi pembicaraan antara keduanya tidak didengar oleh siapapun.

Termasuk dalam kategori perbuatan khlawat adalah “khalwat profesi”. Yaitu khalwat yang terjadi karena “tuntutan” profesi. Konsultan, dokter, perawat, adalah sebagian contoh. Profesi-profesi ini rentan untuk bisa berdua dengan klien atau pasiennya.

Tidak terkecuali pula, dalam konteks khalwat ini, yang kerap terjadi dalam sebagian masyarakat adalah khalwat dalam pergaulan dengan kerabat dekat yang bukan mahram. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah kalian masuk ke (ruang) wanita.” Seorang lelaki Anshar bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan kerabat suami?” Beliau menjawab: “Kerabat suami itu (laksana) maut.” (HR. Bukhari) Dalam hadits ini, Rasulullah menyebut kerabat suami sebagai maut karena dapat menjerumuskan kepada hal-hal yang tidak dikehendaki. Apalagi jika mengingat kedudukan keluarga suami yang demikian dekat sehingga jarang menimbulkan kecurigaan dan luput dari perhatian.

Sebagai solusi untuk keluar dari problem khalwat ini adalah dengan bersama dengan pria atau wanita lain. Demikian menurut Imam Abu Hanifah. Lebih baik lagi jika pria atau wanita tersebut adalah mahram. “Janganlah seorang lelaki berdua dengan seorang wanita,” Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “kecuali dengan mahram.” (HR. Bukhari) Hadits ini bersama hadits-hadits yang lain memberi makna bahwa kondisi khalwat dapat dihilangkan dengan kehadiran salah satu lawan jenis lain. Dengan demikian, hilanglah kondisi khalwat yang dapat menimbulkan fitnah. Tentu saja bila komunikasi atau berkumpulnya antara pria dan wanita tersebut dalam perkara-perkara yang mubah dan dengan tetap menjaga batasan-batasan syariat yang ada.

Jika dikaitkan dengan maqashid al-syari’ah (tujuan syariat) yang salah satunya adalah hifzh al-nasab (menjaga nasab/keturunan), tampak jelas relevansi dan hikmah tuntunan syariat untuk menghindari khalwat. Keinginan Islam untuk menciptakan jalinan masyarakat yang harmonis, bersih dari penyimpangan, dan berjalan di atas fitrah yang murni adalah sebagian hikmah di balik larangan khalwat ini. Wallahu ta’ala a’lam bi al-shawab.

(Oleh Ust.Ilham Jaya,Lc.Dikutip dari Majalah Dakwah Kampus AL FIRDAUS)

Maraji’
- Abdullah ibn Abdurrahman al-Bassam, Taudhih al-Ahkam min Bulugh al-Maram.
- Shalih ibn Fauzan al-Fauzan, Tanbihat ‘ala Ahkam Takhtassh bi al-Mu’minat. Diterjemahkan oleh Rahmat al-“Arifin Muhammad ibn Ma’ruf dengan Sentuhan Nilai Kefikihan untuk Wanita Beriman.
- Ahmad ibn Abdurrazzaq al-Duwaisy (ed.), Fatawa al-Lajnah al-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyah wa al-Ifta’.
- Asyraf ibn Abdulmaqshud (ed.), Fatawa al-Mar’ah al-Muslimah.

Rabu, 01 September 2010

DAKWAH KAMPUS



Kami ceritakan kisah mereka kepadamu dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk. ( QS:Al-Kahfi 13)

Sebuah Pengantar

Para pemuda dan pemudi merupakan sasaran dakwah yang paling potensial. Mereka berada dalam usia yang penuh vitalitas dan semangat yang dibutuhkan Islam untuk melakukan perombakan ummat. Diantara generasi muda ini, para pelajar dan mahasiswa merupakan potensi terbesar bagi dakwah dan gerakan Islam. Karena itu adalah wajar bila dakwah memprioritaskan pembinaan mereka sebelum pembinaan kelompok lainnya.

Dalam dakwahnya, Rasulullah menjadikan para pemuda sebagai sasaran dakwah yang utama. Beliau juga menjadikan para pemuda yang memiliki kapasitas intelektual yang tinggi di masyarakat sebagai sahabat-sahabat Beliau. Dalam tahapan dakwah awal di Mekkah, tidak ada satu sahabat Beliau pun yang rendah akalnya atau berusia di atas Beliau kecuali Istri Beliau sendiri, Khadijah al Kubro Rodiyallahu anha. Abu Bakar As Siddiq misalnya adalah seorang ahli sejarah Quraisy, Ali Bin Abi Thalib merupakan remaja yang sangat cerdas dan tangkas, menjadi harapan para pemuka Quraisy. Usman Bin affan terkenal dengtan kepandaiannya dalam berekonomi. Umar Bin Khattab merupakan pemuda berwibawa dengan jiwa kepemimpinan yang menonjol. Saad Bin Abi Waqqash terkenal dengan ketangkasan dan kecerdasannya. Sahabat yang lain, kendati tadinya budak seperti Bilal atau Zaid Bin Haritsah, merupakan orang-orang yang memiliki kecerdasan tinggi.


Kami ceritakan kisah mereka kepadamu dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk. ( QS:Al-Kahfi 13)

Sebuah Pengantar

Para pemuda dan pemudi merupakan sasaran dakwah yang paling potensial. Mereka berada dalam usia yang penuh vitalitas dan semangat yang dibutuhkan Islam untuk melakukan perombakan ummat. Diantara generasi muda ini, para pelajar dan mahasiswa merupakan potensi terbesar bagi dakwah dan gerakan Islam. Karena itu adalah wajar bila dakwah memprioritaskan pembinaan mereka sebelum pembinaan kelompok lainnya.

Dalam dakwahnya, Rasulullah menjadikan para pemuda sebagai sasaran dakwah yang utama. Beliau juga menjadikan para pemuda yang memiliki kapasitas intelektual yang tinggi di masyarakat sebagai sahabat-sahabat Beliau. Dalam tahapan dakwah awal di Mekkah, tidak ada satu sahabat Beliau pun yang rendah akalnya atau berusia di atas Beliau kecuali Istri Beliau sendiri, Khadijah al Kubro Rodiyallahu anha. Abu Bakar As Siddiq misalnya adalah seorang ahli sejarah Quraisy, Ali Bin Abi Thalib merupakan remaja yang sangat cerdas dan tangkas, menjadi harapan para pemuka Quraisy. Usman Bin affan terkenal dengtan kepandaiannya dalam berekonomi. Umar Bin Khattab merupakan pemuda berwibawa dengan jiwa kepemimpinan yang menonjol. Saad Bin Abi Waqqash terkenal dengan ketangkasan dan kecerdasannya. Sahabat yang lain, kendati tadinya budak seperti Bilal atau Zaid Bin Haritsah, merupakan orang-orang yang memiliki kecerdasan tinggi.

Sikap Rasulullah ini adalah karena Al Qur’an menunjukkan bahwa para pemuda merupakan sasaran dakwah yang potensial dan akan mampu membawa panji perubahan di masyarakat seperti pada kisah Ashabul Kahfi:

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. ( QS:Al-Kahfi 13)

Sebagai generasi muda para pelajar dan mahasiswa memiliki fitrah yang lebih mudah disentuh dengan siraman ruhiyah yang dapat menghasilkan keimanan. Sementara sebagai kalangan intelektual, mereka umumnya memiliki kesiapan untuk menerima Islam sebagai Din Ilmu dan Amal. Lebih dari itu, suasana kampus memberi keleluasaan untuk pengkajian studi-studi Islam. Kebebasan mimbar di kampus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengembangkan dakwah.

Pelajar dan mahasiswa juga terbukti merupakan motor penggerak perubahan masyarakat sepanjang masa. Karena itu pembinaan terhadap mereka perlu mendapat perhatian serius, jangan sampai kita didahului oleh pergerakan yang bathil dan menyesatkan. Kreatifitas dan sifat inovatif mereka merupakan potensi yang penting bagi pergerakan. Itulah sebabnya dalam fiqhud dakwah, merekalah yang paling potensial untuk menjadi anasirut taghyir (unsur-unsur perubah) masyarakat.

Perubahan yang terjadi pada mereka dapat mempengaruhi opini umum masyarakat dan memberi rangsangan bagi kelompok-kelompok masyarakat lain untuk turut berubah. Terbukti misalnya dengan ksus jilbab yang berlangsung pada pelajar SMA umum dan Perguruan Tinggi Umum. Masyarakat menaruh perhatian serius bahkan banyak yang menaruh simpati. Bahkan, diantara kaum wanita umum pun kemudian mulai mengikuti jejak mereka yang berjilbab tanpa canggung atau malu. Yang menggembirakan, sekolah-sekolah Islam yang dikelola kaum muslimin yang tadinya acuh terhadap masalah jilbab, kemudian mewajibkan pelajar-pelajar putrinya berbusana muslimah.

Penerimaan dakwah yang syamilah pun dimulai melalui alur kampus. Bahkan sampai saat ini kegiatan dakwah ini masih berorientasi di sekitar kampus. Memang dakwah tidak boleh terperangkap sebagai gerakan masyarakat kampus tetapi ia tidak bisa menghindarkan diri dari menjadikan para pelajar dan mahasiswa sebagai pelopor-pelopor awalnya.

Manakala dakwah berkembang, maka secara bertahap ia tidak boleh menjadikan kampus sebagai markas utamanya lagi. Kampus hendaknya hanya dijadikan sebagai basis umum pergerakan di kalangan pemuda. Sosialisasi dakwah di luar kampus harus dilakukan dengan memasang strategi dakwah kampus yang sebaik-baiknya sehingga tetap menjadikan kampus sebagai ajang dakwah yang semarak dan pelopor perubahan ummat.

Maka dakwah di kampus bukanlah dakwah takwiniyah tetapi dakwah aamah (harokah zhohiroh), tanpa meninggalkan asholah dalam minhaj tarbiyah.

Dakwah aamah di kampus bertujuan membentuk potensi yang akan menambah elemen kekuatan Islam. Takwiniyah (pengkaderan) hendaknya tetap berlangsung bagi para mahasiswa dan pelajar terpilih. Namun aktifitas dakwah takwiniyah ini tidak boleh tampak kecuali hasil-hasilnya. Kampus harus diwarnai dengan dakwah umum yang digerakkan oleh para mahasiswa dalam pengkaderan kita dan terhindar dari bahaya gerakan haddamah baik dari luar Islam maupun dari kalangan kaum muslimin.

Membawa dakwah zhohiroh ke kampus hendaknya menggunakan skala pemikiran yang lebih luas. Di satu sisi, setiap kampus baik yang umum maupun Islam tetap harus dikuasai, tetapi di lain sisi takwiniyah tidak boleh berhenti.

Untuk mensuksekan dakwah di kampus hendaknya dipersiapkan perimbangan pertumbuhan tiga unsur berikut:

1. Kader aktifis dakwah kampus yang mampu berdakwah fardiyah. Mereka hendaknya dikhususkan dalam menunjang dakwah zhohiroh dan ditempatkan sebagai anggota tetap masyarakat kampus:sebagai pelajar, mahasiswa, dosen, atau guru misalnya. Atau sebagai ilmuwan/peneliti yang akrab dengan dunia kampus. Mereka hendaknya mampu menjadi pelopor-pelopor aktifitas dakwah zhohiroh, menjadi qudwah dalam amal Islami dan menjadi tonggak-tonggak Islamisasi kampus.

2. Pengarahan dakwah kampus yang sesuai minhaj, tanpa kehilangan asholah tetapi dapat diterima oleh masyarakat kampus. Ini dilakukan oleh elemen-elemen gerakan dakwah terkait secara hati-hati dan matang, melibatkan aktifis dakwah kampus yang terdiri dari mahasiswa, pelajar, guru, dosen, serta yang memiliki keterlibatan dengan dunia kampus.

3. Berbagai organisasi yang menjadi bungkus pergerakan di kampus, berbentuk lembaga atau organisasi. Sarana ini menjadi pos dakwah yang memiliki satu warna yang khas dan diminati oleh para pelajar dan mahasiswa karena kebersihan dan kebaikan penampilannya. Persiapan yang meliputi fasilitas tidak kami singgung dalam pembahasan di sini.

Dengan tumbuh seimbangnya ketiga persiapan diatas, dakwah di kampus Insya Allah dapat terealisir dengan sebaik-baiknya.

Pokok Pembahasan

Karena dalam kampus kita hanya melakukan dakwah umum maka dalam pembahasan ini kita hanya akan membicarakan:

1. Dakwah Aamah di Kampus ,Memperkenalkan tentang pengertian dakwah aamah serta keadaan kampus pada umumnya.

2. Pribadi Aktifia Dakwah Kampus, Menjelaskan sifat-sifat yang sebaiknya dimilikioleh para aktifis fdakwah kampus.

3. Dakwah Fardiyah, Menjelaskan tentang langkah-langkah rekruiting dakwah di kampus serta tahapan-tahapan dakwah fardiyah. Kemudian bagaimana mengajak mad’u ke dalam pengkajian Islam lebih lanjut.

4. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Dakwah, Menjelaskan dasar-dasar yang harus diketahui para penyelenggara dakwah di kampus sehingga dapat melakukan kegiatan dakwah mereka dengan sukses.

5. Untuk Para Mubaligh dan Da’I Kampus, Menjelaskan persiapan-persiapan yang diperlukan seorang mubaligh atau da’i ketika berdakwah di kampus.

GEMA RAMADHAN (Kajian Bersama Laziz Al-Haromain Bangkalan)

Meningkatkan Iman, Bukan Hanya Resolusi Ramadhan 👳🏻‍♂️ Ust. Moh. Sofa Faudi, S.Psi. • Iman artinya meyakini dalam hati, mengucapkan dengan...