Selasa, 25 Agustus 2015

Lingkaran Cinta





Oleh: Ani Marlia
Masih ingat bukan dengan kisah Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail, yang ditinggalkan Nabi Ibrahim di tengah gurun pasir yang sangat terik. Tidak ada air, makanan dan orang yang tinggal di sana. Siti Hajar tidak bisa berbuat apa-apa ketika Nabi Ibrahim meninggalkannya di sana karena mengetahui itu perintah dari Allah SWT. Perbekalan yang dibawanya habis, Siti Hajar bingung, khawatir anaknya lapar dan kehausan. Akhirnya beliau berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah berharap menemukan sesuatu yang bisa diberikan kapada Nabi Ismail supaya tidak kehausan.
Siti Hajar bolak-balik ke bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Di mana peristiwa itu sekarang diabadikan oleh Allah SWT dalam salah satu rukun haji yaitu sa’i. Setelah beberapa lama kemudian keluarlah sumber mata air di dekat kaki Nabi Ismail, Siti Hajar sangat gembira melihat sumber air tersebut kemudian beliau langsung meminumkannya kepada Nabi Ismail.
Dari secuil kisah di atas, perlu kita ketahui bahwasanya seorang ibu tidak akan rela membiarkan anak-anaknya mengalami kesusahan. Ibu akan melakukan apapun demi anaknya merasa bahagia dan senang. Seperti dalam syair lagu bahwa kasih ibu sepanjang masa. Dan cinta yang diberikan kepada anaknya pun tidak akan ada ujungnya dan tidak dapat dihitung dengan menggunakan rumus apapun. Ibu orang pertama yang harus kita hormati, seperti hadist ini:
“Dari Abu Hurairah Radhyallahu’anhu, beliau berkata,”Seseorang datang kepada Rasullullah SAW dan berkata, ‘wahai Rasullullah SAW, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu!’ orang tersebut kembali bertanya,’Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu!’ orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ beliau menjawab, ’Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali. ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’ (H.R. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).
Melihat hadist di atas dapat disimpulkan bahwa kedudukan seorang ibu lebih tinggi tiga kali lipat dari seorang ayah. Kenapa demikian? Karena ibulah yang mengandung selama sembilan bulan, ditambah dua tahun menyusui anak. Itulah mengapa Allah melarang untuk berbuat durhaka kepada orang tua terutama ibu.
Seperti kisah yang termashur sampai sekarang yaitu kisahnya Si Fulan yang durhaka kepada ibunya, sehingga mengalami kesulitan saat sakaratul maut sampai-sampai Rasulullah ingin membakar Si Fulan karena tidak kunjung meninggal. Mendengar berita tersebut ibunya langsung memaafkannya dan Si Fulan pun akhirnya bisa melewati masa-masa sakaratul mautnya yang menyakitkan.
Sesungguhnya ridho orang tua adalah ridho Allah juga dan murka orang tua adalah murka Allah juga. “Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah SWT yang tidak diragukan tentang do’a ini: (1) Do’a kedua orang tua terhadap anaknya, (2) Do’a musafir-orang yang sedang dalam perjalanan, (3) Do’a orang yang dizhalimi.” (Hasan: HR Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no: 32, 481/Shahih Al-Adabil Mufrad (no.24, 372)). Disinilah mengapa restu orang tua sangatlah penting untuk kita sebelum melakukan aktifitas atau meraih cita-cita.

Sebening tetesan embun pagi..
Secerah sinarnya mentari..
Bilaku tatap wajahmu ibu..
Ada kehangatan di dalam hatiku..
-Sakha ‘Ibu’-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GEMA RAMADHAN (Kajian Bersama Laziz Al-Haromain Bangkalan)

Meningkatkan Iman, Bukan Hanya Resolusi Ramadhan 👳🏻‍♂️ Ust. Moh. Sofa Faudi, S.Psi. • Iman artinya meyakini dalam hati, mengucapkan dengan...