Oleh : Yanuari Dwi Prianto
--------------------------------------------------
Setiap awal pasti akan berujung akhir. Seperti kita ketahui bersama bulan dzilhijjah telah menemui penghujungnya, genap sudah 30 hari, yang itu juga berarti bahwa tahun Hijriyah yang ke 1432 telah berakhir. Dan itu juga berarti sebuah awal baru akan muncul, yaitu tahun baru, bulan baru dan insya Allah semangat dan kehidupan baru. Insya Allah setiap kita sebagai seorang muslim telah mengisi tiap waktu di tahun lalu dengan sebaik-baiknya.
Saudaraku yang berbahagia, bersama kita telah memasuki tahun baru pada penanggalan Islam, yaitu yang jatuh pada tanggal 1 muharrom. Sebagai seorang muslim tentunya kita tahu bahwa penetapan tanggal 1 muharram sebagai tahun baru islam juga penetapan tahun dan kalender hijriyah adalah berdasar pada sejarah besar umat islam yaitu peristiwa hijrah(berpindah)nya Rasulullah SAW dari makkah ke madinah yang pada masa itu masih bernama yastrib, peristiwa ini merupakan ruh baru bagi umat islam, batu loncatan dalam perubahan besar dari terhina menjadi mulia, dari tertindas menjadi bebas, dan dari peristiwa hijrah inilah Islam memulai kejayaannya. Terlepas dari itu, perlu kita perhatikan lagi bahwa sebelum tanggal 1 muharrom terdapat beberapa moment/peristiwa yang sangat penting bagi umat Islam, diantaranya : bulan suci ramadhan, idul fitri pada 1 syawal, dan ibadah haji di bulan dzulhijjah.
Maha Kuasa Allah yang membuat sekenario kehidupan, “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dia-lah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan benar. …”(QS.10:5). Ada hikmah apa dibalik tahun baru hijriyah berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya? Mari kita telaah bersama!
Saudaraku yang di rahmati Allah, tentunya ketika seseorang atau sekelompok orang ingin berpindah dari sebuah tempat ke tempat lain, dari sebuah tahapan ke tahapan lain, untuk meninggalkan yang lama dan menyambut yang baru, entah itu physically ataupun spirituality, pasti membutuhkan sebuah bekal dan persiapan. Dan inilah poin intinya, sebelum kita menyambut tahun baru, peristiwa baru ataupun tahapan baru dalam kehidupan kita, Allah menghendaki kita untuk sempurna dalam persiapan meraihnya, dan Allah pun sudah membuat pertahapan proses yang detail untuk kita jalani.
Pertama adalah Ramadhan, pada bulan ini kita diwajibkan untuk berpuasa, dan mengeluarkan zakat, di sunnahkan untuk memperbanyak bacaan al-Qur’an, melaksanakan qiyamul lail dan amal ibadah lain. Puasa merupakan sebuah ritual yang dilaksanakan untuk mengekang hawa nafsu dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Hanya hawa nafsu pada bulan ini yang harus kita kendalikan, karena “Pada bulan puasa syatan-syaitan diikat, ….” (H.R. Bukhari), sehingga setiap kesalahan yang kita lakukan pada bulan ini itu murni karena kekhilafan kita bukan karena godaan syaitan. Jadi ibadah puasa adalah ibadah untuk memerangi hawa nafsu(syaitan pada internal diri kita) bukan syaitan yang menggoda kita. Dalam bulan inipun ketika kita melaksanakan ibadah puasa dengan totalitas kita berkesempatan untuk mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah, dijauhkan dari api neraka, dan mendapatkan malam kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan. Bukan lain semua itu ditujukan untuk kita mencapai derajat taqwa di sisi Allah SWT.
Kedua adalah Idul fitri, pada hari ini, setiap muslim menghiasinya dengan banyak maaf-memaafkan dan mempererat silaturrahim. Agar lebur setiap dosa, kesalahan, dan kelalaian kita terhadap sesama manusia, serta erat ukhuwah islamiyahnya.
Ketiga adalah serangkaian peristiwa dzulhijjah yang didalamnya terdapat qurban dan ibadah haji. Dalam hikmah berqurban mengaca dari peristiwa Nabiyullah Ibrahim as dan ismail as dapat kita pahami bahwa kita harus menyembelih kecintaan kita kepada sesuatu yang bersifat duniawi agar kecintaan pada hati kita murni teruntuk Allah. Ibadah haji merupakan ibadah penyempurna rukum iman kita yang wajib dilaksanakan satu kali bagi yang mampu. Dan pada salah satu prosesi ibadah haji adalah lempar jumrah di Mina, yang merupakan bentuk pengusiran dan perlawanan terhadap syetan yang menggoda dan menjerumuskan kita.
Begitulah, setelah kita bersih dari hawa nafsu diri pribadi, tahan akan godaan syaitan yang menguji, bersih khilaf dan dosa dari sesama hingga kita menjadi insane yang bertaqwa, maka sempurnalah dan telah siaplah diri kita untuk dapat menyambut kehidupan baru (hijrah kepada sebuah kondisi yang lebih baik dari sebelumnya).
Sebuah tips untuk kita dalam menghadapi tahun baru ini dengan berkaca pada uraian diatas adalah :
1. Ambil hikmah Hijrah
Pelajari detail sirah rasulullah pada masa-masa menjelang, pada saat, dan setelah hijrah. Bagaimana perjuangan beliau dan para sahabat. Juga sejarah dan dasar penetapan penanggalan hijriyah pada masa Kekhalifahan Umar bin Khattab, bandingkan dengan sejarah dan dasar penetapan penanggalan pada umat agama selain islam. Insya Allah, dengan mempelajari hal diatas kita akan lebih paham tentang esensi tahun baru hijriyah sebagai dasar pijakan kita untuk menyikapinya.
2. Muhasabah
Momen tahun baru merupakan waktu yang tepat bagi kita untuk muhasabah/ introspeksi diri, koreksi diri kita untuk mengukur sebaik mana prestasi amal ibadah juga muamalah pada satu tahun sebelumnya. Sebagai bahan bagi kita untuk menentukan peta langkah untuk menjadi lebih baik pada tahun berikutnya, agar kita menjadi orang yang beruntung, bukan yang merugi ataupun celaka, sebagaimana hadist yang disampaikan oleh rasulullah, “Barang siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia celaka. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung." (HR. Bukhari).
3. Buat Rencana
Berdasarkan hikmah kisah hijrah dan muhasabah pada poin diatas, berikutnya adalah tetapkan rencana kehidupan, target-target prestasi (dari berbagai aspek, finansial, spiritual, emosional juga intelektual) yang harus kita raih satu, dua atau beberapa tahun kedepan, dokumentasikan dalam sebuah kertas, majalah dinding atau buku pribadi, jangan Cuma diingat karena setiap ingatan adakalanya hilang, karena manusia tidak akan luput dari lupa.
Semoga kita tergolong sebagai orang yang senantiasa dengan gigih berusaha untuk menjadi hamba Allah yang taat dan bermanfaat. Allohu a’lam bishshowab, Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubuilaiik.