Rabu, 28 Desember 2016

Keberhasilan Kerja Keras

Oleh: Kholid Amin Azzaky*

وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
(Q.S At-Taubah Ayat 105)
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Yang Menguasai segala sesuatu. Semoga sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarga, sahabat, serta umat beliau yang senantiasa berjuang di jalanNya. Dan kita berdoa agar Allah menghimpunkan kita bersama beliau di dalam SurgaNya. Aamiin
Dalam Islam, amal pekerjaan menempati posisi strategis berkaitan dengan hubungan antar manusia dan hubungan kepada Allah. Amal pekerjaan menjadi penting karena ia merupakan sesuatu yang tampak langsung dan dapat dilihat. Ia merupakan hasil dari ekspresi kejiwaan manusia yang kita sebut niat. Amal pekerjaan pula-lah yang membenarkan atau mendustai eskpresi kejiwaannya, mengokohkannya, atau bahkan merusaknya sebelum jadi.

Sebelum memulai bekerja, manusia cenderung menimbang-nimbang pekerjaan yang akan ia lakukan. Ia mempertimbangkan segala sesuatu yang mungkin akan berpengaruh terhadap pekerjaannya nanti. Inilah yang mungkin bisa kita tela’ah. Mengapa Rasulullah sudah sejak dulu mengingatkan, amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya…” (H.R. Bukhari, Muslim).
Bagi seorang Muslim, penting sekali menentukan niat sebelum bekerja. Karena ia sadar betul, semua yang ia kerjakan di dunia, akan ada balasannya kelak di hadapan Allah SWT. Tidak ada satupun yang mungkin terlewat. Karena Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka serta pekerjaan apa yang mereka lakukan. Karena Allah melihat keduanya, niat dan amal. Karena Allah juga mempertimbangkan keduanya.
Bertadabbur ke ayat di atas, yang Allah turunkan berkaitan dengan orang-orang yang tak ikut berperang, dan kemudian bertaubat. Dalam ayat itu Allah mengaskan kepada kita bahwa, tanda kesungguhan taubat itu adalah amal-amal pekerjaan yang tampak dilihat oleh Allah, RasulNya, dan kaum mukminin. Sedangkan di akhirat, mereka diserahkan kepada Allah yang mengetahui apa yang ghaib dan apa yang tak tampak. Yang mengetahui apa yang dikerjakan oleh tubuh dan yang terdapat di dalam hati. Sehingga taubat mereka, telah lengkap bila niat diiringi dengan amal pekerjaan yang nyata.
Konten dalam ayat tersebut tidaklah hanya terbatas pada konsep taubat saja. Saat mentadabbur ini kita perluas, maka akan kita dapati pesan dari Allah yang sangat jelas bagi kita. Pesan Allah yang menunjukkan sebagian dari mukjizat Al-Quran  yang mudah sekali untuk dipelajari, bahkan dalam ayat ini cukup dengan membacanya saja, hati nurani manusia akan langsung faham maksudnya.
Manusia diseru oleh Allah untuk bekerja. Ya, bekerja, sesederhana konsep ‘kerja’ yang dipahami manusia. Kerja mencukupi kebutuhan hidup, kerja pula untuk mencukupi kebutuhan mati. Kemudian kerja kita akan dilihat oleh Allah, yang tidak pernah tidur tidak pula mengantuk. Meskipun Rasulullah telah wafat, namun beliau tetaplah membersamai kita. Dalam artian bukan ruh beliau bergentayangan, samasekali tidak.
Namun, Rasulullah membersamai kita dengan Al-Qur’an  yang kita baca. Sama dengan Al-Qur’an  yang rasul dulu juga ucapkan. Sehingga semangat beliau dulu, dapat kita rasakan pula saat kita membaca Al-Qur'an. Serta orang-orang mukmin, pekerjaan kita juga akan dilihat oleh mereka, maka ini menambah kemungkinan penguatan oleh mereka untuk kita.
Lalu segalanya dikembalikan kepada Allah. Dan Allah memberitakan apa yang telah kita kerjakan. Diberikanlah hasil yang sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Akhir dari segala amal yang kita kerjakan di dunia bermuara pada Allah.
Setelah mengetahui konsep sebenarnya, sadarlah seorang Muslim akan pekerjaan yang ia lakukan. Untuk mencapai sebuah keberhasilan, maka ia perlu mengerjakan sesuatu dengan baik. Perlu adanya perjuangan. Seperti sebuah pepatah Arab yang mengatakan, “Al Ghurmu bilghurmi” setiap keberhasilan memerlukan perjuangan. Jadi keberhasilan di hadapan Allah untuk kita, perlu kita perjuangkan. Keberhasilan setelah kita mati kelak.

Untuk keberhasilan tentang hidup, sejarah telah banyak mengajarkannya. Misalnya keberhasilan Rasulullah membangun peradaban Islam di Jazirah Arab. Adalah buah dari perjuangan beliau dan kaum Muslimin. Begitu pula kemerdekaan Indonesia, adalah buah dari perjuangan para pahlawan kita. Dan masih banyak lagi sejarah yang demikian itu. Untuk mengajarkan kita betapa pentingnya perjuangan dalam hidup. perjuangan itu menentukan keberhasilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GEMA RAMADHAN (Kajian Bersama Laziz Al-Haromain Bangkalan)

Meningkatkan Iman, Bukan Hanya Resolusi Ramadhan 👳🏻‍♂️ Ust. Moh. Sofa Faudi, S.Psi. • Iman artinya meyakini dalam hati, mengucapkan dengan...