Oleh: Kholid Amin Azzaky*
وَقُلِ اعْمَلُواْ
فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى
عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah:
"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.”
(Q.S At-Taubah Ayat 105)
Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Yang Menguasai segala sesuatu. Semoga sholawat
dan salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarga,
sahabat, serta umat beliau yang senantiasa berjuang di jalanNya. Dan kita
berdoa agar Allah menghimpunkan kita bersama beliau di dalam SurgaNya. Aamiin
Dalam
Islam, amal pekerjaan
menempati posisi strategis berkaitan dengan hubungan antar manusia dan hubungan
kepada Allah. Amal pekerjaan menjadi penting karena ia merupakan sesuatu yang
tampak langsung dan dapat dilihat. Ia merupakan hasil dari ekspresi kejiwaan
manusia yang kita sebut niat. Amal pekerjaan pula-lah yang membenarkan atau
mendustai eskpresi kejiwaannya, mengokohkannya, atau bahkan merusaknya sebelum
jadi.
Sebelum
memulai bekerja, manusia cenderung menimbang-nimbang pekerjaan yang akan ia
lakukan. Ia mempertimbangkan segala sesuatu yang
mungkin akan berpengaruh terhadap pekerjaannya nanti. Inilah yang mungkin bisa kita tela’ah. Mengapa
Rasulullah sudah sejak dulu mengingatkan, “amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan
sesuai niatnya…” (H.R. Bukhari, Muslim).
Bagi seorang Muslim, penting sekali menentukan niat sebelum bekerja. Karena ia
sadar betul, semua yang ia kerjakan di dunia, akan ada balasannya kelak di hadapan Allah SWT. Tidak ada satupun yang mungkin
terlewat. Karena Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka serta
pekerjaan apa yang mereka lakukan. Karena
Allah melihat keduanya, niat dan amal. Karena Allah juga mempertimbangkan
keduanya.
Bertadabbur
ke ayat di atas, yang Allah turunkan berkaitan dengan orang-orang yang tak ikut
berperang, dan kemudian bertaubat. Dalam ayat itu Allah mengaskan kepada kita
bahwa, tanda kesungguhan taubat itu adalah amal-amal pekerjaan yang tampak
dilihat oleh Allah, RasulNya, dan kaum mukminin.
Sedangkan di akhirat, mereka diserahkan kepada Allah yang mengetahui apa yang
ghaib dan apa yang tak tampak. Yang mengetahui apa yang dikerjakan oleh tubuh dan yang
terdapat di dalam hati. Sehingga taubat
mereka, telah lengkap bila niat diiringi dengan amal pekerjaan yang nyata.
Konten dalam ayat tersebut tidaklah
hanya terbatas pada konsep taubat saja. Saat mentadabbur ini kita perluas, maka
akan kita dapati pesan dari Allah yang sangat jelas bagi kita. Pesan Allah yang
menunjukkan sebagian dari mukjizat Al-Qur’an yang mudah sekali untuk dipelajari, bahkan
dalam ayat ini cukup dengan membacanya saja, hati nurani manusia akan langsung
faham maksudnya.
Manusia diseru oleh Allah untuk
bekerja. Ya, bekerja, sesederhana konsep ‘kerja’ yang dipahami manusia. Kerja
mencukupi kebutuhan hidup, kerja pula untuk mencukupi kebutuhan mati. Kemudian
kerja kita akan dilihat oleh Allah, yang tidak pernah tidur tidak pula
mengantuk. Meskipun Rasulullah telah wafat, namun beliau tetaplah membersamai
kita. Dalam artian bukan ruh beliau bergentayangan, samasekali tidak.
Namun, Rasulullah membersamai kita
dengan Al-Qur’an yang kita baca. Sama
dengan Al-Qur’an yang rasul dulu juga
ucapkan. Sehingga semangat beliau dulu, dapat kita rasakan pula saat kita
membaca Al-Qur'an. Serta orang-orang mukmin, pekerjaan kita juga akan dilihat
oleh mereka, maka ini menambah kemungkinan penguatan oleh mereka untuk kita.
Lalu segalanya dikembalikan kepada
Allah. Dan Allah memberitakan apa yang telah kita kerjakan. Diberikanlah hasil
yang sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Akhir dari segala amal yang kita
kerjakan di dunia bermuara pada Allah.
Setelah mengetahui konsep sebenarnya,
sadarlah seorang Muslim akan pekerjaan yang ia lakukan. Untuk mencapai sebuah
keberhasilan, maka ia perlu mengerjakan sesuatu dengan baik. Perlu adanya
perjuangan. Seperti sebuah pepatah Arab yang mengatakan, “Al Ghurmu bilghurmi”
setiap keberhasilan memerlukan perjuangan. Jadi keberhasilan di hadapan Allah
untuk kita, perlu kita perjuangkan. Keberhasilan setelah kita mati kelak.
Untuk keberhasilan tentang hidup,
sejarah telah banyak mengajarkannya. Misalnya keberhasilan Rasulullah membangun
peradaban Islam di Jazirah Arab. Adalah buah dari perjuangan beliau dan kaum Muslimin.
Begitu pula kemerdekaan Indonesia, adalah buah dari perjuangan para pahlawan
kita. Dan masih banyak lagi sejarah yang demikian itu. Untuk mengajarkan kita
betapa pentingnya perjuangan dalam hidup. perjuangan itu menentukan
keberhasilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar