Kamis, 23 Desember 2010
Esensi Hijriyah
Tentu bukan tanpa alasan Amirul Mukminin Umar bin Al-Khathab menetapkan peristiwa hijrah sebagai dasar perhitungan tahun dalam kalender kaum Muslimin. Hijrah berarti berpindah dengan meninggalkan suatu tempat menuju tempat yang lain, atau berubah dengan meninggalkan suatu kondisi untuk menuju kondisi yang lain. Dalam Islam, hijrah memang ada dua macam.
Pertama, hijrah hissiyyah (hijrah fisik dengan berpindah tempat), dari darul khauf (negeri yang tidak aman dan tidak kondusif) menuju darul amn (negeri yang relatif aman dan kondusif), seperti hijrah dari Kota Makkah ke Habasyah (Ethiopia) dan dari Makkah ke Madinah.
Kedua, hijrah ma'nawiyyah (hijrah nilai). Yakni, dengan meninggalkan nilai-nilai atau kondisi-kondisi jahiliah untuk berubah menuju nilai-nilai atau kondisi-kondisi Islami, seperti dalam aspek akidah, ibadah, akhlak, pemikiran dan pola pikir, muamalah, pergaulan, cara hidup, kehidupan berkeluarga, etos kerja, manajemen diri, manajemen waktu, manajemen dakwah, perjuangan, pengorbanan, serta aspek-aspek diri dan kehidupan lainnya sesuai dengan tuntutan keimanan dan konsekuensi keislaman.
Jika hijrah hissiyyah bersifat kondisional dan situasional serta harus sesuai dengan syarat-syarat tertentu, hijrah ma'nawiyyah bersifat mutlak dan permanen, serta sekaligus merupakan syarat dan landasan bagi pelaksanaan hijrah hissiyyah.
Hijrah ma'nawiyyah inilah yang sebenarnya merupakan hakikat dan esensi dari perintah hijrah itu. Kuncinya ada pada kata perubahan! Ya, ketika seseorang telah berikrar syahadat dan menyatakan diri telah beriman dan berislam, ia harus langsung ber-hijrah ma'nawiyyah ke arah perubahan total--tentu tetap mengikuti prinsip tadarruj (pentahapan)--sesuai shibghah rabbaniyah (lihat QS Al-Baqarah [2]: 138) dan memenuhi tuntutan berislam secara kaffah (lihat QS Al-Baqarah [2]: 208).
Guna menyambut--dan bukan memperingati--tahun baru 1433 Hijriah, kita harus melakukan muhasabah dan introspeksi diri dengan bertanya, sejauh mana perubahan, peningkatan dan perbaikan Islami telah terjadi dalam diri dan kehidupan kita, baik dalam skala individu, kelompok, jamaah, masyarakat, bangsa, maupun dalam skala umat Islam secara keseluruhan?
Marilah kita jadikan momentum pergantian tahun Hijriah ini sebagai faktor pemotivasi semangat dan pembaru tekad untuk senantiasa menghijrahkan diri dan kehidupan menuju totalitas Islam sebagai syarat dan dasar dalam mengemban amanah dakwah dan menegakkan kewajiban jihad fi sabilillah untuk memenangkan dinullah dan menggapai surga serta ridha Allah.
Sumber :
Ismail, A. Satori, 2010, Esensi Hijriyah, [online], (http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/12/07/150955-esensi-hijrah, diakses tanggal 23 Desember 2010 )
Minggu, 19 Desember 2010
LAKUKAN DENGAN BAIK
Toh, itu semua hanyalah perhitungan waktu sesuai dengan cara penghitungannya masing-masing. Masehi menurut pergerakan matahari (syamsiah), sedangkan hijriyah berdasarkan pergerakan bulan (ijamariah). Artinya, bunii yang kita pijak tetaplah satu, langit yang menyelimuti semesta raya ini pun langit yang sama pula.
Perbedaan model perhitungan waktu dalam bilangan tahun karena memang melihat konteks kejadian peristiwa yang berbeda. Dalam konteks Islam, misalnya, Khalifah Ummar bin Khattab menjadikan momentum hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah sebagai pangka! dimulainya perhitungan almanak Islam itu.
Ambil, Menjadi Peringatan
Sekadar mengambil contoh bilangan, cobalah perhatikan Al-Qur’an surah 14 (Ibrahim) ayat 32, menukilkan: “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.”Mengingat akan rentang pergantian waktu adalah ikhtiar untuk memahami keberadaan ataupun posisi diri, berhubung kita yang manusia ini adalah juga menjadi bagian alam semesta yang tiada terlepas dari konteks ruang dan waktu itu sendiri.
Ada sebutan khusus kata ‘hujan’ dalam ayat tersebut, yang sesungguhnya menjadi keberkahan dan rahmat bagi penduduk di permukaan bumi. Penduduk tentu saja bukan hanya manusia belaka, akan tetapi ada hewan-hewan, pepohonan, dan gunung-gunung yang tentu saja membutuhkan air untuk sebuah proses berlangsungnya penghidupan.
Kita yang kemudian sering kurang faham tatkala fenomena berubah menjadi bencana, serta-merta tema keberkahan dan rizki yang semestinya didapat yang bersumber dari air yang turun dari langit itu lalu dilupakan.
Padahal jika dalam kurun waktu tertentu tak jua turun-turun hujan, betapa repot dan tersiksanya manusia di bumi ini. Bukankah ketika hujan menjadi ‘bencana’ itu disebabkan oleh ulah tangan-tangan dan pikiran manusia juga? Yaitu tatkala kita tak pandai mengelola lingkungan sehingga terjadi tema-tema ketidak-seimbangan atau ketimpangan alam.
Dari ayat itu, kita diperingatkan untuk senantiasa mengingat keberadaan diri dan berkesadaran terhadap fenomena alam semesta yang menjadi tempat kita hidup dan berkehidupan. Maka untuk bisa memahami konteks ayat 14:32 di atas, sebelumnya Allah telah mendahuluinya dengan sapaan kepada para hamba:
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: “Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan“. (QS Ibrahim: 31)
Apa yang menjadi perintah atau suruhan di ayat 31, pada gilirannya tentulah Allah SWT memberikan reward (penghargaan) sebagaimana dinukilkan dalam ayat ke-32-nya. Inilah pula yang dinamakan hukum sebab-akibat atau kausalitas itu. Sebagai pembanding untuk konteks hubungan sebab-akibat ini, kita dapat membaca pada rangkaian empat ayat sebelumnya, QS Ibrahim ayat 27-30.
Hindari Tipuan Dunia
Seperti halnya ada warning bagi masyarakat ketika akan terjadi bencana — entah tsunami, banjir bandang, atau erupsi gunung api — bahwa manusia diberi peringatan untuk berwaspada agar tidak tergiur atau terbawa arus kesesatan dari jalan Allah.Bahwa yang tergiur dalam wilayah permainan “orang-orang yang ingkar” dan amat cenderung pada soal-soal duniawiyah tentulah akan mendapatkan “kesenangan duniawi”, meski pada gilirannya berisiko untuk kelak mereka akan dilemparkan ke dalam neraka.
Betapa banyak di antara kita yang terjebak dalam tawaran yang penuh tipu daya itu yang menggiurkan: nafsu dunia. Dan, Al-Qur’an acapkali memberi peringatan tentang dunia yang merupakan panggung sandiwara itu.
Kita diingatkan memperhatikan waktu (QS Al-Ashr), di mana manusia akan senantiasa merugi manakala ia tiada membentengi dirinya dengan keimanan, amal salih, berada dalam kebenaran, dan bersabar dalam menghadapi pertarungan hidup. Keempatnya saling berkaitan yang tiada berputus satu sama lain.
Mengubah Sikap Diri
Lalu, apa kaitannya dengan rentang perjalanan waktu yang bakal kita hadapi di tahun 1432 hijriyah ini? Tak banyak yang berubah dan kita masih berada dalam situasi krisis yang beragam. Sehingga dibutuhkan kepiawaian diri agar tidak menjadi orang yang putus asa lantaran menghadapi kesulitan hidup.Perbanyak amal-amal ibadah, bersabar menghadapi realita hidup, dan terus letakkan nilai-nilai optimisme di dalam diri. Hidup akan terasa berat, jika memang menyandarkan segala sesuatu dalam sudut pandang materi atau kebendaan. Untuk itu, cobalah mulai dari kita masing-masing untuk menawarkan segala sesuatu yang bernada keihsanan dan bernuansa nllai kebajikan.
Kita harus mengubah perangai anak bangsa ini, dengan bersegera hijrah meninggalkan segala sesuatu yang bersifat keburukan. Hijrah dalam konteks kita kekinian adalah merupakan momentum untuk mengubah tingkah laku dan cara pandang dalam hidup: change of behavior and change of paradigm. Itu yang harus kita camkan baik-baik. Maka lakukanlah hal-ihwal yang baik-baik saja.
Sumber: Lembar Risalah An-Natijah No. 49/Thn XV - 3 Desember 2010
Rabu, 17 November 2010
Haji yang Membebaskan
Selasa, 16 November 2010
Pahlawan di Sisi Allah SWT
Sabtu, 13 November 2010
Amalan Utama Dzulhijah
Para sahabat bertanya, “Tidak pula jihad di jalan Allah?”
Rasulullah menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya, tetapi tak ada yang kembali satu pun.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, at-Tirmidzi, dan Ahmad).
“Ketahuilah, amalan di sepuluh hari awal Dzulhijah akan dilipat-gandakan,” sabda Nabi SAW dalam hadis lainnya. Terlepas perbedaaan pelaksanaaan Idul Adha 1431 H, ada baiknya kita alihkan perhatian pada sesuatu yang lebih utama, yaitu merebut perhatian Allah SWT dengan menghadirkan amalan-amalan yang disukai-Nya.
Pertama, puasa. Dari istri Hunaidah bin Kholid, beberapa istri Nabi SAW mengatakan, “Rasulullah biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari Asyura (10 Muharram), dan berpuasa tiga hari setiap bulannya.” Di antara sahabat yang mempraktikkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu Umar.
Kedua, memperbanyak takbir dan zikir. Termasuk di dalamnya membaca tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istigfar, dan doa. Disunahkan untuk mengeraskan suara ketika melewati pasar, jalan-jalan, masjid, dan tempat-tempat lainnya.
Ibnu Abbas berkata, “Berzikirlah kalian kepada Allah pada hari-hari yang ditentukan, yaitu 10 hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyrik.” Ibnu Umar dan Abu Hurairah pernah ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijah, mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir.
Ketiga, menunaikan ibadah haji dan umrah. Nabi SAW ditanya, “Amalan apa yang paling afdal?” Beliau menjawab, “Berman kepada Allah dan RasulNya.” Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?” Nabi SAW menjawab, “Haji mabrur!” (HR Bukhari).
Keempat, memperbanyak amalan saleh, seperti shalat sunah, sedekah, membaca Al-Quran, dan beramar makruf nahi munkar.
Kelima, berkurban. Pada hari nahr (10 Dzulhijah) dan hari tasyrik disunahkan untuk berkurban. “Maka, dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS al-Kautsar [108]: 2).
Keenam, bertobat. Jika kita pernah berzina, membunuh tanpa hak, mencandu minuman (khamr), atau sering meninggalkan shalat lima waktu, segeralah bertobat.
“Katakanlah, Hai, hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya…” (QS. az-Zumar [39]: 53).
Menurut Ibnu Katsir, ayat yang mulia ini berisi seruan kepada setiap orang yang berbuat maksiat, baik kekafiran maupun lainnya, untuk segera bertobat kepada Allah. Sang Khalik pun akan mengampuni seluruh dosa setiap hamba yang bertobat walaupun dosanya sangat banyak.
Sumber: Kolom Hikmah Republika, 12 November 2010
Rabu, 03 November 2010
HIKMAH DI BALIK AIR MATA
Air mata yang keluar karena terpercik bawang atau cabe ternyata tidak mengandung zat yang berbahaya. Sedangkan, air mata yang mengalir karena rasa kecewa atau sedih disimpulkan mengandung toksin atau racun.
Kedua peneliti itu pun merekomendasikan agar orang-orang yang mengalami rasa kecewa dan sedih lebih baik menumpahkan air matanya. Sebab, jika air mata kesedihan atau kekecewaan itu tidak dikeluarkan, akan berdampak buruk bagi kesehatan lambung.
Menangis itu indah, sehat, dan simbol kejujuran. Pada saat yang tepat, menangislah sepuas-puasnya dan nikmatilah karena tidak selamanya orang bisa menangis. Orang-orang yang suka menangis sering kali dilabeli sebagai orang cengeng. Cengeng terhadap Sang Khalik adalah positif dan cengeng terhadap makhluk adalah negatif.
Orang-orang yang gampang berderai air matanya ketika terharu mengingat dan merindukan Tuhannya, air mata itu akan melicinkannya menembus surga. Air mata yang tumpah karena menangisi dosa masa lalu akan memadamkan api neraka.
Hal ini sesuai dengan hadis Nabi, “Ada mata yang diharamkan masuk neraka, yaitu mata yang tidak tidur semalaman dalam perjuangan fisabilillah dan mata yang menangis karena takut kepada Allah.”
Seorang sufi pernah mengatakan, jika seseorang tidak pernah menangis, dikhawatirkan hatinya gersang. Salah satu kebiasaan para sufi ialah menangis. Beberapa sufi, mata dan mukanya menjadi cacat karena air mata yang selalu berderai.
Tuhan memuji orang menangis. “Dan, mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (QS Al-Isra’ [17]: 109). Nabi Muhammad SAW juga pernah berpesan, “Jika kalian hendak selamat, jagalah lidahmu dan tangisilah dosa-dosamu.”
Ciri-ciri orang yang beruntung ialah ketika mereka hadir di bumi langsung menangis, sementara orang-orang di sekitarnya tertawa dengan penuh kegembiraan. Jika meninggal dunia ia tersenyum, sementara orang-orang di sekitarnya menangis karena sedih ditinggalkan.
Tampaknya, kita perlu membayangkan ketika nanti meninggal dunia, apakah akan lebih banyak orang mengiringi kepergian kita dengan tangis kesedihan atau dengan tawa kegembiraan.
Jika air mata kerinduan terhadap Tuhan tidak pernah lagi terurai, apalagi jika air mata selalu kering di atas tumpukan dosa dan maksiat, kita perlu segera melakukan introspeksi. Apakah mata kita sudah mulai bersahabat dengan surga atau neraka.
Sumber: Kolom Hikmah Republika, 27 Oktober 2010
Rabu, 27 Oktober 2010
MENJAGA PANDANGAN
Senin, 25 Oktober 2010
PEMBAGIAN KELOMPOK (RTL PDKI 2010)
- Kelompok 1 (Ummu Sulaim) : Rohmi Nur Hidayah (081216462646)
- Kelompok 2 (Ummu Kultsum) : Firda Kamalia (085655569912)
- Kelompok 3 (Siti Aisyah) : Pujianik Mulyani (08563458826)
- Kelompok 1 (Muhammad Al Fatih) : Bahrul Ulum (085854398338)
- Kelompok 2 (Bilal Bin Robbah) : Yanuari Dwi Prianto (085731036616)
- Kelompok 3 (Sholahuddin Al Ayyubi) : Agil Asyrofi (085736847210)
Rabu, 20 Oktober 2010
Menjernihkan Hati
Senin, 18 Oktober 2010
Kelompok PDKI (new)
PEMBAGIAN KELOMPOK PESERTA PDKI 2010
IKHWAN
Kelompok : Muhammad Al-Fatih
No | Nama | Jurusan | No. HP |
01 | Mohammad Nasib (Ketua) | Sosiologi | 087850597711 |
02 | Afzal Farid | T. Informatika | 085745918333 |
03 | Hasan Al-Banna | T. Informatika | |
04 | Moh. Zamroni Hamzah | T. Informatika | 085736409403 |
05 | Farid Ardiansyah | Manajemen Ekonomi | 085731809390 |
06 | Hidayatur Rohman | T. Informatika | 081913701493 |
07 | Veki Nur Kholis | T. Informatika | 03160770482 |
08 | Sugeng Bagus | T. Informatika | 085733164757 |
09 | Misnari | Sosiologi | 087750821887 |
10 | Sugianto | T. Informatika | 087850398696 |
11 | Asep | Akuntansi | 081913590017 |
Kelompok : Solahuddin Al-Ayyubi
No | Nama | Jurusan | No. HP |
01 | Ja’par (Ketua) | T. Informatika | 081939040952 |
02 | Ja’far Shodiq | T. Informatika | 085755001010 |
03 | Ahdawi | Sosiologi | 087850951392 |
04 | Imam Bukhori | Sosiologi | 085730572232 |
05 | Syamsul Arifin | T. Industri | 087750915885 |
06 | Muhammad Hafidz | T. Industri | 081939310823 |
07 | Miftahul Arifin | T. Industri | 085648814536 |
08 | Abdul Aziz | Psikologi | 085719576707 |
09 | M. Hasan Mauludi | Psikologi | 03191930663 |
10 | Suyitno | Ekonomi Pembangunan | 085648702245 |
11 | Ach. Rizal | T. Informatika | |
Kelompok : Bilal Bin Robah
No | Nama | Jurusan | No. HP |
01 | Fendi (Ketua) | Sosiologi | 085733508505 |
02 | Rusydi Nuruddin | Psikologi | 085746401231 |
03 | Nanang Wildan | Manajemen Informatika | 08563649348 |
04 | Kharis Zona Amrullah | Ilmu Kelautan | 085755936078 |
05 | Adam | Ilmu Komunikasi | 085645675585 |
06 | Iwan Ragasiwi | Agroekoteknologi | 087850113322 |
07 | Salam | TIP | |
08 | Luthfi Muzakki | T. Industri | 081558418855 |
09 | Nashihuddin | T. Informatika | 085735150113 |
10 | Akhmad Sabela | T. Industri | 087850013929 |
11 | Adi Waluyo | Ilmu Kelautan | 081913590017 |
GEMA RAMADHAN (Kajian Bersama Laziz Al-Haromain Bangkalan)
Meningkatkan Iman, Bukan Hanya Resolusi Ramadhan 👳🏻♂️ Ust. Moh. Sofa Faudi, S.Psi. • Iman artinya meyakini dalam hati, mengucapkan dengan...
-
Berikut link file-file yang telah direvisi : https://drive.google.com/open?id=1EAX17NtiqqUwktMWy3M5itrXOiD3p3MK
-
"PENGERTIAN SIRAH" Ibnu Mandzur dalam kitab Lisanul Arab menyatakan arti as-sirah (السيرة) menurut bahasa adalah ...
-
Lailatul Qadar adalah malam yang agung di antara sekian malam di bulan suci Ramadhan. Satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadhan,...